RUNING TEKS

TUKANG BERSATU KONSTRUKSI MAJU

1 Januari 2011

Aneka tips Untuk TUKANG

  • » Penutup Dinding
    • Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.

  • » Segregasi
    • Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang lecak.


      Penyebabnya :
      1. Slump yang terlalu rendah
      2. Gradasi agregat yang kurang baik
      3. BJ agregat kasar >> BJ agregat halus
      4. Agregat halus terlalu sedikit
      5. Campuran beton terlalu kering atau terlalu basah
      6. Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi
      7. Penggunaan alat penggetar terlalu lama

      Penanggulangannya :
      1. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh
      2. Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan admixture
      3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara menambah bahan
  • » Bleeding
    • Bleeding adalah “Mixing Water” yang naik ke permukaan beton sesaat setelah beton selesai di cor dan partikel agregat kasar turun ke bawah.

      Penyebabnya :
      1. Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya penambahan air pada saat pengecoran
      2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material halus untuk menahan “laju” air ke permukaan beton.

      Penanggulangannya :
      Manambah kandungan “finer” antara lain dengan :
      1. Mengkombinasi pasir kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan Abu batu. Tujuan dari penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”
      2. Menaikkan jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini maka admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan bertambah.
  • » Shrinkage Crack
    • Shrinkage (susut) adalah :
      1. Perubahan volume beton ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada waktu mengeras.
      2. Menyebabkan terjadinya retak pada beton. Retak dapat berbentuk retak rambut atau retak antara 1-2 mm dan biasanya retak ini dikategorikan retak non-struktural.
      3. Shrinkage biasanya berlangsung hingga 3 hari.
      Penyebabnya :
      1. Faktor air semen (FAC) terlalu tinggi.
      2. Pemakaian semen terlalu banyak.
      3. Modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat.
      4. Intensitas pengadukan yang kurang baik.
      5. Kelembaban udara.
      Penanggulangannya :
      Penggunaan curing compound untuk memperkecil resiko shrinkage cracking.
      Type curing compound yang dapat digunakan :
      1. Sodium silicate based material.
      ~ Meresap ke dalam beton.
      ~ Mempercepat proses hidrasi semen yang ada di permukaan struktur sehingga retak akibat susut beton dapat di hindari.
      ~ Agar lebih sempurna, penggunaan/penyemprotan harus diulang antara 1-3 hari.
      2. Wax based material.
      ~ Membentuk lapisan membran di permukaan beton.
      ~ Lapisan membrane tersebut akan mengatur kecepatan evaporasi.
      ~ Untuk aplikasi beam, coloum, menggunakan clear curing compound.
      ~ Untuk aplikasi jalan beton semen sebaiknya menggunakan white pigmented
  • » Bug Holes
    • Bug holes adalah rongga (lubang) kecil yang timbul pada permukaan beton yang sudah mengering.


      Penyebabnya :
      Bug holes terjadi akibat udara yang “terjebak” didalam beton. Udara didalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton. Rata-rata beton normal memiliki kandungan udara sebesar 2%.
      Penanggulangannya :
      1. Penggunaan mold oil yang tidak bersifat “sticky” seperti water based mold oil dapat membantu mengurangi bug holes.
      2. Dalam penggunaan water based mold oil harus sesegera mungkin (maks. 6 jam) dilanjutkan dengan pengecoran.
      3. Memodfikasi mix design agar beton lebih kohesif diantaranya dengan menaikkan kadar pasir sehingga dapat me minimize bug holes.
      4. Mengingat posisi flens yang miring dan cenderung menghambat udara untuk keluar sehingga bug holes tidak seluruhnya hilang, dapat diperbaiki dengan finishing untuk memperbaiki tampilan girder.
  • » Efflorescence (pengkristalan)
    • Penyebab:
      Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul dibawah lapisan cat dan disertai kelembaban tembok akan menyebabkan lapisan cat rusak. Pencegahan:
      1. Pengecatan dilakukan setelah tembok atau plesteran atau beton telah kering sempurna dimana kadar alkali dan kadar air dari permukaan tersebut telah memenuhi syarat yang ditentukan.
      2. Permukaan yang mengandung kristal dari garam-garaman harus dibersihkan terlebih dahulu dan dibiarkan sampai tidak keluar lagi.
      Perbaikan:
      1. Bila pengkristalan belum merusak lapisan cat, bersihkan dengan kain basah dan keringkan.
      2. Amplas permukaan cat agar lebih porous (pori-pori terbuka) sehingga air dan garamgaraman mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi lakukan pengecatan ulang.
      3. Bila pengkristalan telah merusakkan lapisan cat maka harus dilakukan pengerokan sampai dasar, bersihkan permukaan sampai pengkristalan tidak terjadi lagi dan lakukan pengecatan ulang.
  • » Water spot (bercak-bercak seperti basah)
    • Penyebab:
      Penggunaan plamir yang belum kering sempurna dan kemudian diberi lapisan cat, maka sisa-sisa air dari plamir tersebut terjebak diantara dua lapisan plamir dan cat sehingga menyebabkan timbulnya bercak seperti basah. Pencegahan :
      1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.
      2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
      3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
      Perbaikan:
      1. Amplas permukaan lapisan cat agar lebih porous sehingga air dapat dengan mudah keluar.
      2. Bila jamur telah tumbuh pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan kaporit dan kemudian lap dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa kaporit.
      3. Biarkan mengering sempurna sebelum dilakukan pengecatan ulang, bila dirasa perlu beri lapisan Wall Sealer yang sesuai.
  • » Blistering (menggelembung)
    • Penyebab:
      1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga terdapat air atau cairan lain yang tertahan dibawahnya dapat mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat tersebut.
      2. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-gelembung akan lebih besar. Solvent (pengencer) dapat tertahan dibawah lapisan cat bila pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan langsung terkena sinar martahari.
      3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer) tersebut akan terjebak dibawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan tersebut sehingga terjadi gelembung. Pencegahan :
      1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.
      2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
      3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
      Perbaikan :
      1. Jika terlalu banyak gelembung yang terbentuk, maka lapisan cat harus dikerok seluruhnya.
      2. Bersihkan permukaan, kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana diperlukan sebelum dilapisi cat akhir.
      3. Bila gelembung yang terjadi sedikit, maka perbaikan hanya pada bagian yang menggelembung saja.
  • » Retak pada dinding
    • Kondisi retak pada dinding ada dua macam yakni retak struktur dan retak rambut :

      1. Retak struktur :
      • Retakan lebar
      • Ukuran retakan > 1mm
      • Terjadi akibat pergerakan tanah dibawah pondasi.
      • Bila retakan > 2 mm, harus dilakukan perbaikan dengan merenovasi konstruksi fisik bangunan

      2. Retak rambut
      • Retakan bercabang-cabang
      • Ukuran retakan < 1mm
      • Terjadi akibat:
      • Pekerjaan acian yang tidak sempurna misalnya aplikasi saat dinding dalam kondisi panas sehingga ikatan acian belum sempat menyatu dengan plesteran sudah kering terlebih dahulu
      • Acian semen yang tipis dan belum kering kemudian dilapisi lagi dengan acian
      • Cat yang digunakan tidak memiliki elastisitas yang baik.
      • Pencegahannya lakukan penyiraman air sampai jenuh terlebih dahulu pada bidang-bidang yang akan di aci agar kondisi dinding lembab
  • » Retak akibat penyusutan pada dinding

    • Retak ini disebabkan oleh :
      1. Beton, plesteran dan acian yang dibuat terlalu banyak air sehingga pada saat pengeringan akan terjadi proses penyusutan.
      2. Dalam jangka waktu lama batu bata mengalami pemuaian
      3. Retak akibat muai susut seperti ini sering terjadi pada sambungansambungan yang lemah seperti sudutsudut pada jendela.
  • » Pergerakan pondasi atau dinding

    • Pergerakan struktur akan terjadi apabila :
      1. Pondasi bangunan tidak stabil, seperti satu bagian menurun akibat dari bagian lain yang kondisinya tidak baik.
      2. Karena pergerakan struktur ditandai dengan retak secara diagonal.
  • » Retak akibat pergerakan struktur

    • Retak ini disebabkan oleh :
      1. Bangunan tersebut menerima beban terlalu berat.
      2. Batas toleransi berubahnya balok struktur adalah maksimum L/360 bentang yang banyak terjadi pada struktur.
      3. Retak akibat balok struktur yang melengkung ditandai oleh retak horizontal sepanjang pasangan bata diantara bentang balok.
      4. Pergerakan dinding dapat juga terjadi oleh akar pohon yang mengangkat pondasi bangunan tersebut atau terjadi penurunan pada tanah yang bersebelahan dengan bangunan tersebut.
  • » Retak pada plester

    • Retak ini disebabkan antara lain oleh :
      1. Pasir dengan kadar lumpur dan organik yang tinggi.
      2. Terlalu banyak/sedikit semen
      3. Terlalu banyak/sedikit air
      4. Persiapan substrate yang buruk
      5. Dinding terlalu kering
      6. Aplikasi pada cuaca panas yang sangat terik dan tiupan angin kencang.
  • » Retak pada pertemuan dinding

    • Retak ini disebabkan oleh :
      Plesteran menutupi dua bidang yang berbeda, seperti misalnya pasangan bata dan permukaan beton.

      Pencegahan :
      1. Diantara kedua permukaan yang berbeda tersebut harus dibuat dilatasi.
      2. Pada tempat yang dibuat dilatasi tersebut diisikan besi strip, fiber glass atau rubber sealent untuk memperkuat plester.
      3. Daya rekat spesi pasangan bata pada sudut-sudut pertemuan dinding harus kuat karena pada tempat-tempat seperti ini rawan terjadi retak.
  • » Retak akibat pemasangan conduit

    • Retak ini disebabkan oleh :
      Chapping untuk menanam kabel (conduit).

      Pencegahan :
      1. Sebaiknya conduit dibuat paling tidak satu hari sebelum dinding diplester dan chapping dilakukan pada permukaan bata.
      2. Pastikan pekerjaan conduit telah selesai sebelum memulai pleteran dinding pada kedua sisinya.
  • » Retak akibat ketebalan plesteran

    • Retak ini disebabkan oleh :
      Perbedaan ketebalan plesteran akan menyebabkan penyusutan dan pengeringan yang berbeda dan akibatnya akan terjadi retak pada plesteran yang paling tipis terutama pada sudut.

      Pencegahan :
      Plesteran dibuat dengan ketebalan yang sama pada semua bagian.
  • » Material yang baik
    • Pada dasarnya campuran yang baik dapat diperoleh bila material-material dicampur/diaduk sampai merata sesuai perbandingan dan memiliki mutu yang baik antara lain:
      • Pasir yang mutunya baik, misalnya bebas lumpur/kandungan tanah atau bahan organik lainnya
      • Batu kali/split bersih dan ukuran butirannya sesuai keperluan
      • Air cukup bersih dan mempunyai pH netral/tidak asam maupun basa
  • » Pengujian

    • Pengujian Kandungan Lumpur Dalam Pasir
      Syarat:
      Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971, agregat halus (pasir) tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%.


      Pengujian Kandungan Organik Dalam Pasir
      Syarat:
      Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971, agregat halus (pasir) tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dengan menggunakan larutan NaOH 3% dibandingkan dengan warna standar sesuai ASTM C 40 (warna muda adalah memenuhi syarat).
  • » Tips mendapatkan beton berkualitas
    • Beton yang baik dihasilkan dari hasil adukan yang merata dari kualitas dan proporsi bahan baku yang digunakan (semen, pasir, batu split dan air). Pemakaian air yang berlebihan dapat mengakibatkan porositas dan penurunan kualitas beton. Demikian pula, pemakaian semen yang berlebihan tidak akan memberikan kontribusi yang maksimal pada mutu beton.
  • » Tips cara penyimpanan material
    • Semua material yang akan digunakan untuk pengerjaan beton harus tersimpan teratur dan terlindung terhadap kontaminasi dari kotoran, air dan cairan.
    • Material harus dilindungi dari kontak langsung dengan bahan yang memiliki kandungan manis, seperti cairan gula atau air tebu.
  • » Penggunaan pasir laut untuk campuran semen
    • Pasir laut / pantai mengandung banyak mineral dan garam dan jangan digunakan untuk mencampur semen karena kandungan garam akan mengakibatkan karat pada baja / besi dari beton bertulang.
  • » Warna semen tidak berhubungan dengan kekuatannya
    • Sebagian dari masyarakat kita masih percaya bahwa semakin gelap warna semen semakin kuat daya rekatnya. Ini adalah pengertian yang keliru, karena warna tidak ada hubungannya dengan kekuatan. Gelap tidaknya warna semen semata-mata disebabkan oleh karakter bahan-bahan baku yang digunakan untuk proses produksinya, sama-sekali tidak berhubungan dengan kualitas semen yang dihasilkan.
      Kebiasaan yang keliru yaitu menggunakan standar warna untuk menentukan takaran pemakaian semen dan orang memilih semen yang warnanya lebih gelap untuk menurunkan jumlah semen yang digunakan, akibatnya kualitas campuran yang dihasilkan menurun.
sumber : http://www.sementigaroda.com/?module=cementtips